sound track of JMB

Kamis, 04 Juni 2009

Hutan Hujan Malam Pelarian


oleh: Ucok Dian Ardiansyah*


klik disini untuk English version

Hutan Hujan Malam Pelarian, sebuah teks puitik - tulisan dari Irwan Jamal yang pernah dipentaskan dua kali masing2 dengan sutradara Syamsul Fajri Nurawat dan Irwan Jamal sendiri - menghasilkan banyak imaji di kepala saya selaku sutradara untuk melakukan interpretasi teks dari teks asli naskah ini. Dalam teks asli, seluruh tokoh hanya menjadi pencerita yang secara naratif menjelaskan kejadian2 yang mereka alami selama pelariannya dari merampok di sebuah kota. Semakin dalam akhirnya saya berhasil mempermainkan teks menjadi penuh dengan interupsi. Narasi tidak lagi menjadi milik tokoh perampok, melainkan oleh Joker yang masuk dan menginterupsi kejadian kejadian. Seluruh cerita akhirnya berjalan dan digulirkan lewat sudut pandang Joker.

Dalam Pertujukan HUtan Hujan Malam Pelarian tanggal 30 Mei 2009 kemarin saya berusaha melakukan refleksi terhadap tragedi Mei 98, sebuah tragedi kelam bangsa yang saya fikir tidak perlu harus terulang hingga kesekian kalinya di negeri ini. Hutan Hujan Malam Pelarian disini saya tafsirkan sebagai sebuah narasi kecil yang mungkin terjadi ketika kerusuhan maupun pasca kerusuhan di Indonesia. Semua tokoh menjadi tokoh yang abu - abu, bsa menjadi sangat lliar dan bisa pula menjadi sangat oportunis, intinya saya berusaha untuk meng - create tokoh - tokoh yang sangat manusiawi.

Pertunjukan Hutan HUjan Malam Pelarian berusaha untuk menawarkan ruang imaji dan visual yang meledak - ledak dan berharap mampu menggedor relung bathin penonton untuk masuk dan berdiri dalam posisi orang - orang di dalam tragedi mei 98, baik itu korban maupun pelakunya. Sebagai sutradara tentu saja saya berharap bahwa pertunjukan ini memberikan efek yang terapist bagi penontonnya, yaitu secara riil kita nantinya akan dapat bergandengan tangan - minimal - untuk memaksa penguasa negeri melakukan pengusutn tuntas terhadap tragedi berdarah ini.

Apa yang saya lakukan ini bukanlah sebuah keinginan untuk menggurui publik, tapi lebih sebagai bentuk kepedulian saya ( atau kami dari Teater Casa Nova ) sebagai anak bangsa yang merasa perlu untuk memberikan sumbangsih tenaga, suara, dan fikirannya bagi negeri ini kedepannya. Semoga kita bisa segera keluar dari krisis, Amin!

*DIAN ARDIANSYAH
SUTRADARA

Tidak ada komentar: