sound track of JMB

Minggu, 05 April 2009

POLIANDRI, BUKAN TIDAK MUNGKIN BENAR-BENAR AKAN POPULER. Sebuah Anekdot Tentang Poliandri

"aku lelaki tak mungkin

meneimamu bila

ternyata kau mendua

membuat ku terluka"

(Iwan Fals: Bukan Pilihan)

Salah satu bait lagu yang dipopulerkan oleh Iwan Fals diatas adalah pertanda bahwa laki-laki belum mau dimadu. Hal itu mungkin masih mampu mewakili masyarakat populer saat ini, karena saat ini secara eksplisit laki-laki masih sebagai ‘pemegang hak mendua’ meskipun mungkin secara implisit ada fenomena yang justru sebaliknya terjadi. Artinya dalam masyarakat saat ini fenomena poligami masih rentan terjadi.

Poligami yang oleh sebagian masyarakat diharamkan itu belum lama ini pula telah diprotes kembali oleh kaum wanita yang mengatasnamakan gerakan anti poligami, bentuk protes itu baik yang diaktualisasikan lewat forum diskusi maupun demontrasi turun kejalan, bahkan sebagian negara telah mengesahkan konstitusi tentang larangan praktek poligami, seperti di Prancis dan beberapa negara-negara Eropa.

Bagaimana dengan poliandri? Rasanya di Indonesia poliandri begitu sangat tabu diucapkan, terdengarpun terasa sangat tidak akrab, apalagi menemukan kasusnya.

Poliandri adalah perkawinan dengan lebih dari satu laki-laki (suami), seperti di suku Eskimo di Tebet dan bangsa Toba di India Utara (Alex M.A 2005: 507), merujuk pada pengertian tersebut sendainya poliandri di artikan secara literal dalam aplikasi di masyarakat, jelas memang tidak realistis dan memang tidak terjadi (mungkin?).

Tapi bagaimana jadinya kalau memang fenomena poliandri diprediksi akan terjadi didalam satu masyarakat dengan beberapa asumsi dan hipotesa.

Mendua’ Sebagai Sinyalemen dan Bibit Poliandri.

Tanpa bermaksud menyudutkan kaum wanita, fenomena ini tidak dimaksudkan untuk men-generalisasikan konstruksi asumsi publik pada masyarakat yang lebih luas dan kompleks, dari hasil analisis yang dilakukan pada satu komunitas kecil (yang dirahasiahkan lokasinya 2002-2006), fenomena mendua itu benar-benar terjadi, wanita selalu menjadi bahan rebutan, dan karena menjadi bahan perebutan maka terciptalah hak prerogatif wanita dalam menentukan pilihan, artinya wanita mempunyai determinasi pilihan dengan siapa dia akan/ingin berpasangan --pada beberapa laki-laki yang menginginkan tentunya—dengan siapa, ketika pilihan itu dijatuhkan yang terjadi ialah ‘menganggurnya’ laki-laki yang tidak dijadikan pilihan, keadaan seperti itu memungkin disuatu saat selanjutnya wanita akan melakukan pemilihan kedua terhadap substitusi yang lain, kasus seperti itu memungkinkan antara pilihan utama dan kedua adalah dua objek yang sangat dekat secara psikologi (teman) dalam berkompetitif, tapi kondisi/keadaan ini seperti keadaan yang biasa, dari pengamatan selama ini, jarang sekali terdengar ada konfrontasi radikal yang diakibatkan kejadian (peristiwa) diatas.

Asumsi Awal

Fenomena ‘mendua’ sebetulnya hanya produk biologi dari sifat kualitatif pasangan (oposisi biner laki-laki - wanita) artinya ‘mendua’ adalah jawaban atas kebutuhan primer manusia, terlepas laki-laki maupun wanita (poliandri - poligami), keterbatasan pilihan pasangan membawa seseorang untuk melakukan praktek ‘mendua’ yang bersifat (mungkin) melayani.

Dari asumsi tersebut penulis melontarkan estimasi bahwa di tempat terjadinya praktek poliandri keberadaan jumlah wanita lebih sedikit dari pada laki-laki, dan hal itu yang menjadikan wanita menjadi sesuatu yang spesial karena keterbatasan jumlahnya, dan mungkin dalam suatu masyarakat lain sebaliknya terjadi maka jawabannya harus diakui (dilegitimasi) adalah poligami.

Estimasi itu ternyata terbukti, data menyebutkan bahwa dari tahun 2000 s.d 2006 jumlah wanita yang ada pada tempat dilakukannya analisa lebih sedikit dibanding laki-laki, data itu menyebutkan total keseluruhan jumlah laki-laki hampir dua kali lipat dari wanita, secara praktis memang kenyataan itu tidak dapat menjadi determinasi absolut akan terjadinya fenomena serupa karena rupanya tidak sedikit wanita (mungkin juga laki-laki pada kondisi sebaliknya) yang merasa cukup, cocok dengan pasangan pada pilihan pertamannya artinya tidak melakukan praktek ‘mendua’. Dalam bagian ini pula perlu disampaikan bahwa fenomena ini tidak bisa menjadi bahan untuk mengasosiasikan wanita pada kondisi yang sama pada suatu tempat yang lebih luas.

Dari kenyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ditempat dilakukannya analisa, beberapa laki-laki pernah menjadi salah satu pasangan dari wanita yang sama, sementara kondisi itu “tidak” bagi wanita. Atau secara implisit beberapa laki-laki pernah menjadi korban ‘poliandri’ (‘poliandri’: mereduksi bahasa - mendua).

Inequaliti Gender Determinasi Tuhan?

Inequaliti Gender (ketidakadilan jender) salah satunya adalah praktik poligami. Poligami secara terminologi berarti perkawinan yang dilakukan terhadap lebih dari satu orang atau lebih, namun juga lebih cenderung diartikan perkawinan seorang suami dengan dua orang istri atau lebih (ibid). dalam pembahasan ini fenomena yang diambil lebih melihat pada kajian universal diluar dari bahasan sebelumnya (poliandri), salah satu contoh kasus adalah gerakan anti poligami yang diprakarsai oleh para eksponen feminis terhadap praktek poligami, dalam pembahasan ini tidak diperlukan pencarian diskursus yang menghasilkan konklusi seperti fenomena ‘poliandri’ diatas karena kita telah mendapat kenyataan bahwa poligami telah dimasukan kedalam salahsatu bentuk ketidakadilan jender (mungkin suatu hari kenyataan poligami ada dan menjadi faktor/bagian dari ketidakadilan jender?), terlepas para feminis mengkritisi poligami dari kacamata legalitas ataupun terhadap para oknum pelaku poligami yang secara praktis hanya menjadi seorang oportunis yang menggunakan legalitas poligami hanya untuk memenuhi kepuasan hedonis dan eksploitasi tubuh wanita semata (tidak berkaca pada praktek yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan beberapa tokoh lain yang melakukan dengan benar-benar dan banyak pertimbangan kriteria).

Kalau praktek poligami sebagai ketidakadilan gender lalu dimana letak maksud bahwa itu konstruksi/desain/ketentuan - rekayasa tuhan?

Dalam perspektif kajian ini penulis sangat percaya bahwa manusia tidak berhak mencampuri urusan Tuhan secara otonom (manusia), karena tidak ada satu pemikiran dan bahasa apapun yang mampu mewakili kebesaranNYA, seandainya menuturkan bahasa dan kata ini adalah kesalahan (bukan kebenaran) bagaimana dengan hanya diam dan membisu apakah merupakan kesalahan pula kalau diam dan membisupun adalah bahasa dan kata-kata.

Jadi dalam hal ini penulis hanya mencoba melihat kenyataan keadilan Tuhan!

Laki-laki dan wanita berbeda?, jawabannya benar! hal itu secara eksplisit dapat dilihat dalam sistem reproduksi manusia dalam ilmu biologi terutama dalam proses pembuahan laki-laki terhadap wanita, dalam hal ini kita masih ingat tentunya pelajaran biologi di sekolah menengah (SMU), yang menerangkan bahwa; wanita hanya memiliki jenis sel telur XX yang berpotensi melahirkan kelamin wanita, sedangkan sel reproduksi laki-laki XY (bukan YY) yang berpotensi melahirkan sex laki-laki dan wanita. dilihat dari ketentuan itu secara skala kualitatif jelas menurunkan jenis kelamin (sex) wanita mempunyai potensi yang lebih besar dibanding laki-laki. proses itu merupakan kebenaran absolut yang tidak bisa diubah. Meskipun pada prakteknya ada metodologi kedokteran yang dapat dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang dapat disesuaikan dengan apa yang diinginkan kedua pasangan (suami – istri). Namun hal itu hanya bersifat teoretis, pada kenyataannya predeterminasi Tuhan yang mempunyai kendali penuh (logos). Ketentuan itu menghasilkan jumlah laki-laki lebih sedikit dibanding wanita, sehingga secara matematis seandainya jumlah laki-laki adalah setengah dari jumlah keseluruhan (akumulasi jumlah laki-laki dan wanita) adalah ideal adanya karena secara oposisi pasangan tidak ada substitusi (yang tidak mendapatkan pasangan), tapi lain hal seandainya pada kenyataannya wanita memang masih lebih banyak dibanding laki-laki, artinya ketentuan pasangan satu lawan satu menghasilkan sebagian wanita tidak mempunyai pasangan dan tentu dalam hal ini jawabannya adalah poligami.

Bagaimana sendainya kondisi itu berbalik, seandainya fenomena kualitatif pada kenyataan yang terjadi pada contoh kasus pada faktor praktek ‘poliandri’ yang dipaparkan diatas justru menjadi kenyataan dalam dunia universal saat ini? apakah ini akan menjadi paradigma baru dalam kajian jender , apakah ini yang diramalkan sebagai kehancuran dunia (kiamat) yang disebutkan dalam banyak literatur keagamaan, atau bahwa metodologi kedokteran tentang rekayasa pengaturan kelahiran sesuai jenis kelamin merupakan rekayasa kaum tertentu yang diciptakan sebagai pengusungan akan dunia yang berbalik. Atau memang dunia ini akan berjalan sesuai dengan apa adanya.

Wallahualambisawab

Semoga saja hanya menjadi selentingan anekdot yang terjadi di tempat suatu tempat nonrealis belaka.

3 komentar:

CANTIKCERDAS.blogspot.com mengatakan...

( HJ. I.GUSTI. AGUNG. AYU NITYA DHARMANI ) AKU JANDA, petualang, SUKA SELINGKUH,BERPOLIANDRI,GAGAL BERUMAH TANGGA DAN KAWIN CERAI TUJUH KALI. ANAKKU TIGA GAK ADA YANG NGAKU SIAPA JADI BAPAKNYA, KARENA AKU LUPA BENIH PERTAMA ANAK-ANAK ITU DENGAN SIAPA..NAMAKU I GUSTI AGUNG AYU NITYA DHARMANI . ALAMAT RUMAH, JALAN SURIPTO NO.15 KOMPLEK AL - KENJERAN SURABAYA. CALL RUMAH 031 382 1155 HAPE 081938154470. HAPE 085231215700 hape 081230831290, fleksi 031 77065700. AKU MASIH KULIAH DI STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA 031 8292521dan upsi malaysia DOSEN DI UNESA SURABAYA (031) 8280009, 8280803, 8280675, UNIV TRITUNGGAL SURABAYA 031-5922315 DAN STIKES SURABAYA 031 5939466 AKU YAKIN, INI KARMAKU KARENA PAKAI PELET DANSUSUK KECANTIKAN. AKU SERING KESEPIAN, MENGINGAT MASA LALUKU YANG JADI PRAMUGARI NAKAL. SUKA MENJEBAK, MEMPERANGKAP LAKI-LAKI. TERUTAMA YANG TELAH BERISTERI DAN HARMONIS RUMAH TANGGANYA. SEPERTI ULAR BERBISANYA HELLO BAND. ANAK-ANAKKU YANG TAK BERTUAN ITU, SEMUA PADA PROTES KENAPA MAMANYA PUNYA NASIB SEPERTI INI. OHH, TOLONGIN AKU YA. BARANGKALI ANDA-ANDA SEMUA KELAK SUAMIKU YANG KEDELAPAN. MUDAH-MUDAHAN DEH...AKU MASIH ADA JODOH. PLEASE CALL ME..

Pepep DW mengatakan...

pantesan suaminya hampir mau 8,, cantik sih orng nya,... maaf usiaku baru mau masuk 25 jadi.... taulahhh... hehe..
ok Mbak HJ. I. GUSTI ... NITYA, thanks for your attention & comment..

Jl. Malam No.1 mengatakan...

hahaha....

siapapun boleh komen sebebas-bebas-nya, termasuk menertawakan seperti saya saat ini yang geli membaca tulisan saya beberapa tahun kebelakang. apalagi jika lihat konteks, dan psikologis saya waktu nulis itu.. hihihi