sound track of JMB

Kamis, 26 Januari 2012

Catatan Jalan Malam Bandung: Apresiasi FTI Award

Catatan Jalan Malam Bandung: Apresiasi FTI Award



Halooooo :D

Setelah hampir 2 tahun kegiatan apresiasi jalan malam off, akhirnya tadi malam kembali saya merasakan nikmatnya jalan malam di Bandung, meskipun tanpa jalan kaki dan ditemani kawan lain, tapi memang hasrat untuk menghadiri acara/apresiasi tadi malam cukup kuat. Alasannya tidak lain adalah karena rindu bertemu seorang tokoh sastra, teater, yang menjadi panutan. Tokoh yang dimaksud adalah budayawan Prof. Saini KM. Saya kira yang tertarik untuk membaca catatan ini tidak diragukan lagi, pasti telah mengenal sosok Prof. Saini KM, sehingga dalam hal ini saya tidak perlu memaparkan sosok beliau, di samping itu Wikipedia dan google telah menyediakannya bagi yang mau tau lebih lanjut.

Acara yang membawa hingga saya bisa bertemu Pa Saini KM ini tidak lain adalah acara penghargaan [penganugrahan] yang dilaksanakan Federasi Teater Indonesia (FTI), yang dalam agenda tahunannya selalu memberikan penghargaan pada tokoh teater yang telah dianggap laik mendapatkan penghargaan karena dedikasi hidupnya pada teater.

Sesampainya di tempat, ternyata memang telah ramai dikunjungi para penggiat/aktifis teater Bandung dan Indonesia pada umumnya, apalagi kabarnya acara penganugerahan ini akan dihadiri pula oleh salah satu menteri. Saya skepris menteri akan datang dan ternyata benar, yang dimaksud tidak hadir. Para hadirin yang berkumpul langsung dimanjakan dengan adanya jamuan makan malam yang disediakan panitia pelaksana, dan tidak tanggung-tanggung, makanan yang disediakan adalah makanan berat dan catering pula. :D

Singkat cerita, acara dimulai dan ada yang menarik, Pa Saini naik andong dan diarak oleh lantunan musik sederhana yang agak riuh namun cukup semarak, maksud panitia mungkin untuk memeriahkan suasana. Akan tetapi di sini pula khawatir mulai terasa, masalahnya secara teknis hal itu agak riskan bagi Pa Saini yang sudah tidak muda lagi, apalagi ‘pengawalan’ bagi beliau kurang begitu dipikirkan dan disiapkan. Namun syukur acara berjalan lancar, para hadirin pun memasuki gedung pertunjukan Taman Budaya Jawa Barat.


Diawali Kekonyolan

Saat dimulainya acara, rampak kendang menjadi penanda opening acara, penutup layar pun dibuka, dan tiba-tiba . . . . ya ampun, yang keluar kucing warna putih kuning.. hhhmmm the yellow cat mamen.. :D Sontak para penonton dibuatnya ketawa, 1 kali bisa dimaklumi tetapi saat acara dibuka oleh pimpinan FTI Radhar Panca Dahana, yellow cat kembali hadir di belakang podium dan berjalan dengan santai. Dari kejadian ini keraguan akan keseriusan acara mulai sulit dilawan, dan sedikit demi sedikit keraguan itu semakin dikuatkan. Barangkali, konstruksi pengetahuan “malam penganugrahan” atau sebuah ceremonial “award” telah merasuk dalam pikiran saya sebagai acara yang penuh dengan ‘keseriusan’ keteraturan managerial panggung yang ketat, mapan, glamor dan sebagainya sebagaimana sering kita saksikan acara di stasiun TV berlangsung, dan hal itu tidak saya temukan dalam acara ini, terutama keseriusan menggarap acara sebagai ungkapan etis pelaksana terhadap tokoh yang sedang dianugrahi.


Yang logos VS pengetahuan sederhana

Afrizal sebagai juri dalam sambutan sekaligus pengumumannya mengenai pemenang sayembara penulisan lakon drama mengatakan bahwa “hanya teater satu-satunya seni yang paling dekat dengan manusia, tanpa media apapun teater mampu dihadirkan, tubuh!”. takperlu ditolak, penyataan itu murni penuh dengan logosentris, namun jangan lupa dalam pengertian paling sederhana, teater adalah seni yg paling akrab dengan ruang (panggung). Perlu disayangkan perayaan FTI award yang telah berjalan 6 kali tidak mampu menunjukan kedewasaannya dalam mengelola sebuah ceremonial kolaboratif yang penuh dengan pergantian dimensi ruang di panggung. Panggung kumuh dan penataan sound system rupanya menjadi hal yangg ditoleransi penuh bagi para penggiat teater dalam acara tertinggi bagi insan teater ini. Yang paling tragis, MC dalam acara tersebut benar-benar telah melunturkan ‘ketegasan’ – ‘keakraban’ teater dengan kematangan panggungnya, salingmenghargai lawan panggung dsb, apalagi acara ini bukan main sakralnya bagi para perenung karya seseorang yang dalam kesempatan itu mendapat anugerah. Saini KM adalah bapa, tauladan, idola sekaligus sosok penting dalam teater Indonesia -dan banyak lagi titel lainnya yang pantas disematkan pada beliau—pada acara ini, MC dua kali keliru menyebutkan nama Saini KM, padahal itu tema utama, disamping itu MC kadang spontan meminta (menyuruh) para tokoh di panggung untuk tidak terlebih dahulu turun dengna bahasa yang loma [bahasa yang digunakan seseorang pada teman sebaya]. Di harinya yang telah senja, penghargaan pantas beliau dapatkan, dengan kondisi fisik yang beliau akui dalam sambutan telah menurun, beliau tetap semangat dan menyediakan pikiran penuh untuk membagikan pengalaman pentingnya, bahkan dalam pidato penerimaan penghargaannya tersebut Saini KM menyampaikan bahwa karyanya adalah karya yang bebas untuk diinterpretasi ulang oleh setiap penggiat teater. Suatu momen yang begitu mengharukan bagi saya sebagai seorang insane nonteater melihat keakraban dan romantisme dealiktik dalam dunia teater.

Namun dengan sangat berat hati, penyelenggara telah gagal mengemas suatu acara penghargaan bagi tokoh yang sangat disegani, dan acara tersebut dapat dibilang jauh dari kata etis bagi suatu prosesi penghargaan yang baik. Pa Saini tentu saja tidak akan marah atau berekspresi kecewa, tetapi saya sebagai ABG labil alias ababil, belum cukup tahan untuk tidak mengatakan ini.. :Peace:

Namun terlepas dari semua itu, ini hanyalah ekspresi dari seorang yang masih menganggap musik sebagai lantunan nada, diamnya penari sebagai takmenari, dan lukisan adalah pinsil yang menggambar dalam kertas kanvas. Apa yang dilakukan FTI adalah kemajuan bagi kehidupan berkesenian kontemporer, apa yang dilakukan insan teater melalui FTI merupakan start dan kemajuan penting dan sekaligus tamparan bagi penggiat musik kontemporer dalam mengadapi dinamika seni saat ini.. cayoooo :D

Ini catatan pribadi dan ngga begitu serius, so jangan protes tentang metode penulisan yang kacau balau ya..

4 komentar:

mesin ukir mengatakan...

apresiasi untuk sang maestro

adib mengatakan...

semoga makin maju blognya gan..

reyhan mengatakan...

teater.. dunia yg kurang berkembang

JASA DESAIN GILA mengatakan...

teater salah satu wadah apresiasi seni yg perlu diperhatikan